Hal-hal yang Makruh dalam Berpuasa
1. Madzhab Hanafi
a. Mencicipi dan mengunyah sesuatu karena bisa menyebabkan batalnya puasa
b. Mengunyah sejenis permen
c. Berciuman, bersentuhan, dan bercumbu yang bisa mengakibatkan ejakulasi
d. Sengaja mengumpulkan ludah dalam mulut lalu menelannya
e. Mengerjakan sesuatu yang sekiranya akan membuatnya lemas seperti berbekam
Yang tidak dimakruhkan menurut madzhab ini adalah:
a. Bercumbu yang tidak mengakibatkan ejakulasi
b. Meminyaki kumis
c. Berbekam, sekiranya tidak membuat lemas badan
d. Menggosok gigi pada sore hari walaupun dengan sikat yang basah dengan air
e. Berkumur dan menyerap air ke hidung di luar wudhu
f. Mandi pada siang hari
2. Madzhab Maliki
a. Memasukkan apa saja yang segar dan berasa ke mulut walaupun lantas memuntahkannya kembali
b. Mencicipi sesuatu yang berasa, seperti madu dan cuka
c. Mengunyah sejenis permen
d. Memikirkan sesuatu yang membangkitkan syahwat
e. Memakai dan menghirup wewangian pada siang hari
f. Berkumur dan menyerap air ke hidung dengan agak keras
g. Mengobati gigi yang berlubang
h. Memperbanyak tidur pada siang hari
i. Berbicara dan bekerja yang berlebihan
j. berbekam
3. Madzhab Syafi’i
a. Berbekam/hijamah
b. Berciuman
c. Mencicipi makanan
d. Mengunyah sejenis permen
e. Masuk ke kamar mandi
f. Menikmati sesuatu yang didengar, dilihat, diraba, dicium, dan semacamnya karena bertentangan dengan maksud berpuasa
g. Menggosok gigi sesudah dzuhur sampai maghrib
h. Berkumur dan menyerap air ke hidung dengan agak keras
4. Madzhab Hanbali
a. Mengumpulkan ludah di mulut lalu menelannya
b. Berkumur dan menyerap air ke hidung dengan agak keras
c. Mencicipi makanan tanpa ada keperluan
d. Mengunyah sejenis permen
e. Berciuman yang menimbulkan syahwat
f. Tidak membersihkan sisa-sisa makanan dimulut
g. Mencium bau-bauan hingga terserap unsur-unsurnya ke dalam tenggorokan
Kesimpulan
Arti ash-Shiyam, secara etimologi atau asal-usul kata adalah menahan diri dari sesuatu. Bila seseorang menahan diri untuk tidak bicara atau makan secara bahasa ia disebut sha-im.
Sementara itu, secara terminologi atau istilah syara’, puasa adalah menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar (fajar shadiq) hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu.
Puasa termasuk ke dalam rukun Islam, tentu saja untuk melaksanakannya harus sesuai dengan syari’at-syari’at Islam baik dari al-Qur’an, hadits, ataupun ijma’ ulama.
Sumber: https://pss-sleman.co.id/